Senyum mereka, Bahagia Kita
“Air ini mengalir dari mataku. Karena senyum
dan mimpi mereka”
Ayah dan bunda
adalah dua malaikat kita. Dua orang yang dikirimkan Allah untuk menjaga buah
hati mereka. Menyayanginya dengan setulus kasih. Merawatnya dengan lembut
ikhlas. Mencintainya tanpa ingin meminta balas. Bunda yang harus berjuang
selama sembilan bulan. Bunda, yang menyapih selama dua tahun. Bunda yang
kasihnya tak pernah putus. Bunda yang lembut tutur kata. Bunda yang selalu
inginkan bahagia anaknya. Bunda yang selalu ingin yang terbaik untuk ananda.
Bunda yang selalu mengalah. Ketika ada satu roti, ia rela tak makan untuk
diberikan kepada anaknya. Beruntunglah kita memiliki bunda. Beruntunglah kita
pernah merasakan cinta dan kasihnya. Beruntung kita yang hangat di dekapnya.
Beruntunglah kita masih bisa mencium tangan lelah mereka.
Ia rela memeras
keringat dari pori-pori kulitnya. Tak pedulu panas ataupun mendung. Tak peduli
hujan ataupun topan. Ia yang selalu inginkan anaknya menjadi yang terbaik.
Ayah. Ayah mengajarkan arti kerja keras. Ia yang mengajarkan arti berani. Ayah
yang selalu menguatkan ananda ketika lemah. Ia tak pernah terlihat menangis,
karena ia harus terlihat tegar di depan anaknya. Kasih sayangnya setulus bunda.
Dekapannya sehangat dekap bunda. Ayah yang selalu memiliki cinta untuk ananda.
Beruntunglah kita memiliki ayah. Beruntuglah kita pernah merasakan cinta dan
kesihnya. Beruntuglah kita yang hangat di dekapnya. Beruntungah kita masih bisa
mencium tangan lelah mereka.
Bagaimana dengan
anak-anak kecil itu? Anak-anak yang besar tanpa ada bunda mereka. Anak-anak
yang besar tanpa ada ayah mereka. Anak-anak yang tumbuh besar tanpa ada ayah
dan bunda mereka di dekatnya. Bagaimana dengan mereka? Siapa yang akan
menyayangi mereka? Siapa yang akan mencintai mereka? Siapa yang akan membahagiakan
mereka? Siapa yang akan mengajarkan mereka tentang Allah? Tentang Rasulullah? Tentang
Surga? Tentang Neraka? tentang orang tua mereka? Siapa kalau bukan kita. “Aku dan orang-orang yang mengasuh atau
menyantuni anak yatim di Surga seperti ini”, kemudian Rasulullah saw. memberi
isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya.
(HR. Bukhori).
“Bagaimana ya
rasanya dicium bunda? Bagaimana ya rasanya dipeluk ibu? Bagaimana ya rasanya
disuapin mama? Bagaimana ya rasanya dimrahin umi? Bagaimana ya rasanya di
bonceng ayah? Bagaimana ya rasanya dibelikan mainan sama bapak? Bagaimana ya rasanya
tidur sama mama dan papa? Bagaimana ya rasanya dicintai orang tua sendiri? Aku
rindu kalian. Ayah. Bunda. Aku ingin bertemu. Kapan kita bisa bertemu? Aku iri
dengan mereka yang jalan bertiga bersama orang tuanya. Aku iri dengan mereka
yang bisa makan bertiga bersama ayah dan ibunya. Sungguh. Aku ingin merasakan
seperti itu! Tapi mana kalian???” seperti itu kah suara hati anak-anak yatim?
Mungkin. Anak-anak yatim yang ditinggal mati orang tuanya sebelum mereka baligh.
Mereka tanpa ayah. Mereka tanpa bunda. Mereka sangat ingin seperti kita. bisa
merasakan kehangatan keluarga. Bersyukurlah kita masih bisa mencium tangan
kedua orang tua kita. bagaimana jika kita di posisi mereka? Apakah kita selalu
menangis? Tapi anak-anak yatim itu tidak, mereka tersenyum, mereka bisa tertawa
seperti anak-anak lainnya. Anak-anak yatim itu tanggung jawab kita. sadarlah
kita! kita punya tanggung jawab membahagiakan mereka. Jika bukan kita, siapa
lagi? Siapa lagi? “Bersikaplah kepada
anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang” (HR. Bukhori)
Air ini mengalir dari
mataku. Karena senyum dan mimpi mereka. Mereka punya mimpi, sama seperti
kita. mimpi-mimpi mulia. Ayolah, kalau bukan kita, siapa yang akan membantu
mereka mewujudkan mimpinya? Sungguh, hatiku terenyuh ketika melihat senyum dan
tawa mereka. Ikhlas sekali. Senyum mereka menenangkan, ceria mereka
menyejukkan. Ketika kita bisa mencintai mereka, itu nikmat yang luar biasa.
Ketika kita bisa berbagi dengan mereka, itu karunia yang tak ada duanya. Karena senyum mereka, bahagia kita.
Masihkah kita ragu untuk berbagi dengan anak-anak Yatim? Masih kah kita ragu
untuk mencintai mereka? Masihkah ragu? Padahal Surga ganjarannya. “Barangsiapa yang menanggung anak yatim di
rumahnya yakni ia diberi makan dan minum (sama dengan makan dan minumya), maka
Allah SWT akan memasukkan ia di surga, kecuali jika ia melakukan dosa yang
tidak dapat diampuni”. (HR. Turmudzi). “Siapa yang mengasuh anak yatim dan
berbuat baik pada mereka akan dijadikan baginya tirai plindung dari api neraka”
(HR. Bukhori). MasyaAllah.
-HK.25032013,08.31am
“555”.
Santunan Aanak Yatim dan Dhuafa. Sabtu, 03 Agustus 2013.
Mari berbagi kebaikan, mari berbagi cinta.
Pilihan paket :
ü Pelajar :
Rp 25.000
ü Mahasswa : Rp 25.000
ü Umum : Rp
50.000
ü VIP :
Rp 100.000
Untuk yang mau donasi, salurkan di :
ü BRI :
000701030542505 (a.n Nina Wijani)
ü Muamalat : 0167755647 (a.n Nina Wijani)
ü BNI :
0268726050 (a.n Nina Wijani)
ü Mandiri : 1430012598395 (a.n Yanuar Fardian
Arisnatha)
Salurkan
dengan mengirim komfirmasi dengan format :
NAMA_PILIHAN PAKET_JUMLAH PAKET_NOMINAL
TRANSFER_TANGGAL DAN WAKTU TRANSFER
-yuk, Investasi
Akhirat^^
0 komentar:
Posting Komentar