Cinta Kazahra
Desir angin berhembus mengudara,
sesekali menyibakkan ujung kerudung hijau muda gadis jelita itu. Matanya teduh,
seteduh hatinya. Parasnya elok seperti mawar merah yang bermekaran di keteduhan
taman bumi. Keanggunannya sering membuat orang-orang berdecak kagum ketika
melihatnya. Ia sangat takut kepada
Tuhannya dan sangat mencintai Rasul-Nya. Entah berapa juz yang ia hafal,
sungguh dia adalah muslimah syurga.
Kazahra masih tetap berdiri di balkon
rumahnya, menatap hamparan langit yang tak ada ujung jika dilihat dengan mata. Langit
kelam berhias awan mendung yang menutupi terik sang surya. Dilihatnya hamparan
pantai yang membiru dari balkon rumahnya. Tanpa ia sadari, ujung matanya
meneteskan air mata.
“Allah, tak pernah ku rasakan rasa ini
sebelumnya. Apakah ini cinta? Kenapa dadaku begitu sesak merasakannya? Sungguh,
jika ini memang cinta, bantulah aku untuk tetap mengindahkannya dengan
aturan-Mu, karena aku tak mau jika cinta yang ku dera ini menusuk cinta yang
telah kusemai indah kepada-Mu Allah. Sungguh dan sungguh, jika yang kurasakan ini
adalah cinta, kuatkan aku untuk bisa menjaganya dan membuatnya berbuah pahala
untuk diriku. Pahala yang akan mengantarkanku untuk mencium syurga-Mu, pahala
yang menggandengku singgah di Jannah-Mu, pahala yang akan mempertemukanku
kepada-Mu.” Bisiknya dalam hati. Suara adzan dari sound surau dekat rumahnya
bergeming di telingannya dan mulai mengoyakkan lamunannya. Ia bergegas untuk
sholat sambil menyeka tetesan air matanya.
***
Akhmad Husein Dzulfiqar. Nama itulah
yang kini sedang menggeluti hati Zahra. Seorang ikhwan aktifis yang memilik
kepribadian yang luar biasa. Dia adalah lulusan tahun 2007 dari salah satu
universitas ternama di Surabaya. Kini ia sedang berkarya menjadi seorang
pengusaha muda. Sampai tahun 2010 ini. ia sudah terbilang cukup sukses, karena
usaha property yang digenggamnya
berkembang pesat dan menghasilkan omset besar. Husein adalah pengusaha muda
yang sukses, dibalik kesuksesannya ia masih tetap dalam kesederhanaannya dan
aktifitas dakwahnya. Bahkan, ia sudah menghafal lebih dari 20 juz. Kini umurnya
sudah memanggil-manggil dirinya untuk segera menemukan permata yang telah lama
ia nanti.
“Zahra, untuk seminar entrepreneur besok, ana sudah dapat
pembicaranya. Namanya Akhmad Husein Dzulfiqar. Beliau adalah pengusaha muda di
Surabaya. Dijamin sip deh”, kata si Farah dengan senyum khasnya.
“Alhamdulillah, tinggal lima hari lagi
acara seminar kita. Semoga lancar ya Far”, timpal Kazahra.
“Oia Ra, besok insyaallah ada syuro lanjutan untuk seminar kita. Yang
lain tolong diberitahu ya.”
“iya insyaallah, makasih infonya ukh.”
***
03 Januari 2010, di Gedung Sutarjo
Universitas Jember, pukul 09.00 WIB. Seminar entrepreneur pun sedang terlaksana. Kala itu Kazahra yang menjadi
moderatornya dan Husein yang menjadi pembicaranya. Kazahra sangat terlihat
anggun saat itu, bukan karena make-up yang menempel di kulitnya yang bersih
tapi karena kecantikan alami, baju taqwanya, dan auranya yang begitu mempesona.
Zahra begitu piawai dengan tugas ynag
telah diembannya, suasana tidak terasa tegang sama sekali karena Zahra
mengimbaginya dengan bahasa yang halus dan santai. Ia juga memberikan sedikit
guyonan ringan yang menghangatkan suasana. Begitu juga dengan Husein. Husein
dengan wibawanya dan sikap serius santai yang dikantonginya mampu menyihir audience untuk mendengarkan semua apa
yang ia sampaikan dengan khitmat.
Rupanya bukan hanya audience yang
terkagum-kagum dengan pembawaan Husein, diam-diam hatinya tak dapat menipu
bahwa Zahra juga merasa kagum dan bangga melihat sosok yang begitu luar biasa
di sampingnya. Getaran aneh pun ia rasakan kala itu. Tapi Zahra masih tak
mengerti, getaran apa yang ia rasakan dalam hatinya. Zahra hanya tahu bahwa ia
kagum dengan sosok pengusaha muda itu, Akhmad Husein Dzulfiqar. Ya, hanya
kagum.
***
Acara seminar itu telah mempertemukan mereka
berdua. Husein dan Zahra pun pernah terlibat obrolan santai sebelum mereka
menuju panggug seminar.
“Anti Zahra ya? Yang menjadi moderator
acara ini?”
“Na’am akh, senang bertemu dengan
pengusaha muda seperti antum”, candanya.
“Anti semester berapa ukh? Fakultas
apa?”
“Sudah semester 5 akh, lagi
sibuk-sibuknya kuliah. Ana fakultas ilmu keguruan. Calonnya guru.” Sambil
tersenyum.
“Wah luar biasa, sukses ya ukh. Semoga
sukses juga buat seminar kita nanti.”
“aamiin, syukron akh.”
Obrolan ringan itu masih belum memberikan
nyala asing di hati Zahra, karena Zahra orang yang sulit untuk jatuh cinta.
Seumur hidupnya ia belum pernah merasakan memiliki cinta kasih kepada lelaki.
Jika ditanya apakah ia pernah jatuh cinta, ia menjawab pernah. Mencintai orang
tuanya, mencintai saudaranya.
Setelah selesai acara, teman-temannya
menyampaikan salut kepada Zahra karena acaranya berjalan begitu lancar.
“Alhamdulilla, luar biasa Ra
seminarnya. Anti dan akh Husein begitu kompak menyihir peserta. Hehe. Belajar
sihir dari mana nih??? ” Canda Farah.
“Alhamdulillah”, sambil menyunggingkan
senyumnya.
“Tahu ndak Ra, ternyata akh Husein itu
bukan dari Surabaya, tapi dari Sumenep Madura. Sama dengan ana, sama-sama dari
Madura. Tapi beda kota. Hehehe. Di Surabaya itu ternyata tempat kerjanya, karena
ia merintis usahanya sejak beliau
semester tujuh di Unair. Luar biasa ya,
akh Husein itu. sudah sholeh, baik, ramah, kaya, tampan, pandai, pinter ngomong lagi. Berutung ya Ra yang nanti jadi
istrinya.”
“Pasti Allah memberikan yang terbaik
ukh”, sambil tersenyum kembali
Mendengar kata-kata Farah tentang
Husein, kekagumannya bertambah, seketika itu pula desiran itu muncul lagi.
***
Detik, menit, jam, hari, bulan, dan
tahun pun terus melaju mengitari rotasi waktu. Zahra masih tetap dalam
kebiasannya. Sibuk dengan ibadah, dakwah, organisasi, bekerja di salah satu SD
di daerah asalnya, Banyuwangi, dan memberikan bimbingan les kepada beberapa
murid SD di dekat rumahnya.
Malam itu saat orang-orang lain
memejam kedua kelopak matanya, ia terjaga. Meneteskan air mata di atas sajadah
cintanya. Merasakan gemuruh hati yang selama dua tahun berdiam di hatinya.
Diam. Ya, dia diam dengan cinta dalam hatinya. Diam untuk cintanya kepada sosok
Husein yang luar biasa. Ia tak mau sentuh cinta itu dengan noda yang bisa
membuat Allah murka kepadanya. Ia benar-benar tak mau mengotori
kemuslimahannya. Sepenuhnya, ia serahkan takdir jodohnya kepada Rabb-nya.
Sepenuhnya, karena rencana-Nya lebih indah daripada rencananya. Ia meyakini
bahwa Allah telah berjanji, dalam QS. An Nur ayat 26 dikatakan bahwa “perempuan-perempuan yang keji untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji (pula),
sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki
yang baik untuk perempan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa
yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”.
“Allah, aku hanya hambu-Mu yang lemah
dan berhias lumuran noda. Ku gantungkan semua mimpi-mimpiku kpada-Mu.
Kuserahkan semua apa yang terbaik untukku kepada-Mu. Termasuk jodohku. Jika
Akhi Husein adalah jodohku, mudahkanlah jalan untuk segera menyempurnakan
separuh iman dan agamaku. Namun jika tidak, hempaskanlah rasa cintaku kepadanya
sejauh-jauhnya hingga aku tak bisa lagi merasakan desirnya”
Dipojok Madura sana, di Kota Sumenep
kota, Husein tengah mempersiapkan mentalnya untuk menemui ayah Zahra. Ia begitu
mantap dengan pilihan hatinya. Sebenarnya, ia telah kagum dengan Kazahra
Humaira saat acara seminar itu dan saat itu pula ia berniat hendak
menjadikannya istri. Husein sudah tahu bahwa Zahra sudah lulus kuliah S1-nya
dari salah satu temannya yang kebetulan kenal dekat dengan Zahra. Melalui
temannya itu lah Husein mendapat informasi banyak tentang Kazahra.
Zahra, sosok yang luar biasa yang
hinggap di hatinya selama dua tahun. Ia benar-benar menjaganya dengan tidak
melakukan komunikasi apapun dengan Zahra. Begitu pula dengan Zahra. Selama dua
tahun pula, rupanya Husein tengah menyimpan cinta kepada Zahra. Husein tahu bagaimana
ia harus mengambil sikap. Yaitu dengan diam dan menjaganya dalam doa dan
ibadahnya, hanya karena Allah semata. Zahra, seorang muslimah syurga.
***
Khitbah telah dilkukan melalui
perantara wali Zahra. Dan kini Husein menggandeng keluaranya untuk ke Banyuwangi
menemui keluarga Zahra untuk melamarnya.
“kedatangan saya disini berniat untuk
melamar putri bapak, Kazahra Humairah demi memenuhi ibadah. Jika diterima dan
disepakati minggu depan saya berencana untuk menikahinya.”
“Bapak selaku ayah Zahra telah menyerahkan semuanya kepada Zahra
langsung, sekarang bagaimana jawabanmu nduk?”
“Bismillahirrahmanirrahim, saya
menerima lamaran akhi dengan satu syarat. Jika syarat ini dipenuhi, saya terima
lamaran akhi, dan tanggal pernikahan bisa segera ditetapkan. Namun jika tidak,
silahkan akhi pilih gadis yang lain yang tidak memberikan syarat apapun”
“apa syaratnya?”
“saya tidak ingin akhi menikahi
perempuan lain selama ana masih bisa menjalankan kewajiban ana sebagaiseorang istri. Saya hanya ingin seperti Fatimah yang
sama sekali tidak pernah dimadu oleh Ali bin Abi Thalib dan bunda Khatidjah
yang juga tidak pernah dimadu selama
pernikannya dengan Rasulullah SAW”
“ana terima syaratnya”
Air mata haru Kazahra pun menetes
membasahi wajah rupawan itu. ia mengucap syukur kepada Tuhannya karena cinta
yang selama ini ia jaga telah mekar dibawah pelangi kebahagiannya. Husein yang
ia cintai dalam diam selama dua tahun dan hanya Allah lah yang tahu akan
menjadi imamnya. Janji Allah telah terjawab. Dan janji itu mereka sambut dengan
senyum gembira.
***
“istriku, selama dua tahun aku
menyimpan cinta untukmu. Selama dua tahun pula aku merasakan sesak yang begitu
luar biasa karena cinta yang kubungkam dalam diam. Dan kini, cinta itu telah
bersemai indah. Kini orang yang namanya ada dalam hatiku selama dua tahun,
Kazahra Humaira telah ada di depanku. Aku mencintaimu, sayang. Mencintaimu
karena Allah”
Kazahra menangis bahagia karena
ternyata yang ia rasakan selama dua tahun setelah acara seminar itu dirasakan
pula oleh Husein, oang yang ia cintai. Husein, yang kini ada di depan matanya
dan menyek air matanya. Berharap, ia imam yang akan menuntunnya kelak menggapai
Jannah-Nya bersama-sama.
#Diselesaikan cerpen ini pada tanggal 05 Januari 2013. Pukul
20.43 WIB. @bangka V 16, JBR.
0 komentar:
Posting Komentar