Penantian Sejak Pinanganmu



Aku ingin berbicara tentangku. Tentangku beberapa bulan yang lalu. Tentang penantian.  Sebelum dua bulan yang lalu, aku memiliki masa-masa penantian. Seperti menunggu tanda tanya yang akan terjawab, seperti menunggu arti mendung di atap langit, seperti menunggu embun di ujung daun pada 06.00 WIB, dan seperti menunggu “Ya atau Tidak”, “Salah atau Benar”. Itulah aku pada masa-masa itu.

Aku seperti lebah yang menunggu mekarnya mawar. Gelisah, takut, resah, dan apapun itu yang membuat hatiku tak tenang. Aku sudah dipinang oleh seorang pemuda yang menurutku pria idaman itu ada padanya. Kenyataan yang tak pernah diduga olehku dan keluargaku tentang sebuah kehendak Allah pada bulan oktober 2013, seorang pemuda yang berani mengutarakan perasaan sukanya untukku langsung kepada papa. Aku sempat terkejut terhadap penuturan darinya, “Bapak, saya ingin meminang anak bapak” Tuturnya. Setelah berproses akhirnya dari pihak keluargaku sudah ada tanggal pernikahan. Saat itulah masa panantianku dimulai.

Hati yang mudah lemah ini tak henti-hentinya diuji oleh Allah. Tentang kebenaran jodoh yang terbaik, tentang calon suamiku yang seperti yang ku bayangkan atau tidak, tentang hari pernikahan yang masih ghaib untuk ku sentuh oleh nalarku, tentang keraguan yang selalu datang kala pikiranku tak bekerja maksimal. “Ya Allah.. aku serahkan pada-Mu Rabb.. aku tau Engkau lebih profesional dari sutradara film.. Engkau lebih handal dari penulis skenario drama.. Engkau yang selalu menyisipkan hikmah di setiap kejadian umatMu.. Ku serahkan pada-Mu” hanya do’a dan dzikir yang bisa mengalahkan keresahan itu. Aku tau, aku hanya perempuan biasa yang mudah lemah saat resah dan takut itu hinggap. Tetapi aku juga perempuan yang kuat untuk menghadirkan kekuatan agar senantiasa mengingat Allah dan mengembalikan semuanya kepada Allah.

Tiga bulan masa penantian ku lalui sebagaimana Allah menuliskannya untukku. Aku kuat dan bisa bertahan untuk menasbihkan butiran cintaku padaNya, meskipun jatuh itu ada kala aku bangkit dan berlari. Tapi menurutku itu manusiawi. Dan it’s OK.. tidak ada yang salah. Tiga bulan masa penantian, ketika papa menangis memeluk suamiku, ketika mama terharu menciumku, ketika mertuaku mencium pipiku, ketika aku mencium lembut tangan suamiku, tangan yang darinya aku akan meraih Jannah bersamanya.. ketika itulah penantianku usai dengan skenario Allah yang tak pernah kuduga, menikah usia 19 tahun. Dan skarang aku bersyukur akan penantian itu, bersyukur akan cinta.. bersyukur akan pertalian agung 24 januari 2014, bersyukur pangeran yang ku nanti datang dengan sempurna…


Semoga, setiap kebersamaan kami dalam perjalanan ini adalah bernilai pahala^^.. inshaallah




Menyenangkan bersamamu cinta, dan aku sangat bersyukur sekarang.. karena Allah memberikanmu untukku, tuk menjadi teman hidup sampai surga ^^

#12 April 2014.1314

0 komentar:

Posting Komentar

My Friends