Jiwa Yang Tersadar
Tetes Embun
ceria berhamburan di dedaunan saat awal pagi tiba. Dug.. Dug.. Dug.. tabuh
mulai berbunyi. Suara adzan pun menggema dengan irama nan syahdu dan merdu.
Membangunkan manusia dari lelap istrihatnya.. kecuali orang-orang bermata jelek
dan hatinya dihiasi rasa kedengkian tak mau membuka matanya untuk bersujud pada
penciptanya.
Lantunan
Ayat-ayat cntaNya mulai menggema semesta alam dengan sangat anggun. Sungguh
sangat menentramkan hati yang mendengarnya. Mentari pun sangat malu untuk
bangkit dari peraduannya. Sinar emasnya dari sang timur mulai memancar
menerangi bumi Allah yang telah berumur tua. mengisyratkan perjalan manusia
masih tetap melaju menuju titik nol kematiannya.
Kicau
nyanyian burung indah sambil menari menggerakkan sayap-sayapnya. Daun masih
basah karena pijakan sang embun yang masih tak bosan untuk beranjak dari
singgasananya, mentari pun mulai bersemangat untuk melaju menerangi semesta
alam. Kesegaran pun tercipta menusuk sampai tulang tulang. Birunya langit dan
putihnya awan pun melengkapi keindahan alam Allah pagi ini. masih enggan kah
kita mengucap syukur atas nikmat ini? akankah kita masih ingin tetap sombong
tak mau mensyukuri segala nikmat Allah yang tercurah atas kita? ataukah diri
ini tak memiliki rasa malu pada Allah yang memberikan kita hidup dan segala
nikmat atasnya? Iyakah seperti itu? -Fabiayyi
aalaa irabbikumaa tukaddibaan, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?” (QS.55:40)- Jika benar seperti itu gembiralah setan yang tak
nampak itu. Dan amat merugi siapa – siapa yang memilih syetan menjadi
sahabatnya.
Cerianya pagi
ini sama seperti cerianya jiwa yang telah kembali tersadar atas belenggu hitam
yang menghimpitnya lalu. Dilambaikan tanganya mengucap selamat tinggal pada masa lalunya yang
menjauhkan dirinya dari Rabbnya. Dulu
dia sangat bahagia dengan dunianya yang suram itu, karena nafsu yang selalu
terpuaskan tanpa mempedulikan aturan Tuhannya. Iya memang benar nampak luar ia
sangat bahagia, namun tahukah kalian? Hati dan jiwanya mengalami kekeringan
luar biasa dan tak ada celah ketentraman dan kedamaian yang merasuk pada
sukmanya. Subhanaallah.. ia mampu meraih dan mulai menggenggam hidayah Allah
itu. Rahmat Allah atasnya isyaAllah. Taubatlah menjadi pilihannya. Dan cinta
Allah yang menjadi tujuannya saat ini.. “setiap orang diantara kamu melakukan
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang
bertaubat.” (HR. Ahmad).
Bertaubatlah
selagi nyawa masih dalam raga. Waktu tak dapat berjalan mundur, memanfaatkan
waktu dengn baik adalah cara terbaik untuk memunculkan rasa penyesalan yang
mendalam karena tak dapat diraih lagi waktu yang telah lau. Ia selalu melaju
pada stasiun pemberhentian terakhir –akhirat-. Pepatah arab mengatakan, Al Waqtu ks saifi, in lam taqtha’tu qata’aka,
“Waktu itu seperti pedang, jika engkau tidak pandai mengelola, ia akan
membunuhmu.”. sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian selain mereka yang
memanfaatkan waktu dengan baik untuk mengerjakan amal shaleh (QS.103).
Semoga kita
adalah orang-orang yang pandai untuk mengolah waktu kita dengan baik. Selalu
bersyukur dan selalu menjaga ketaqwaan kita terhadap Rabb yang tak ada Rabb
selain DIA. Allah Azza wa Jalla. Keep smile :)
Intan
Mauliddiana
01:08BJM
0 komentar:
Posting Komentar