Kado Istimewa Yang Belum Kau Ambil
Bismillahirrahmanirrahiem..^_^
Saudariku…
Seorang mukmin dengan mukmin lain ibarat cermin. Bukan cermin yang memantulkan bayangan fisik, melainkan cermin yang menjadi refleksi akhlak dan tingkah laku. Kita dapat mengetahui dan melihat kekurangan kita dari saudara seagama kita. Cerminan baik dari saudara kita tentulah baik pula untuk kita ikuti. Sedangkan cerminan buruk dari saudara kita lebih pantas untuk kita tinggalkan dan jadikan pembelajaran untuk saling memperbaiki.
Seorang mukmin dengan mukmin lain ibarat cermin. Bukan cermin yang memantulkan bayangan fisik, melainkan cermin yang menjadi refleksi akhlak dan tingkah laku. Kita dapat mengetahui dan melihat kekurangan kita dari saudara seagama kita. Cerminan baik dari saudara kita tentulah baik pula untuk kita ikuti. Sedangkan cerminan buruk dari saudara kita lebih pantas untuk kita tinggalkan dan jadikan pembelajaran untuk saling memperbaiki.
Saudariku…
Tentu engkau sudah mengetahui bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling mencintai. Dan salah satu bukti cinta Islam kepada kita –kaum wanita– adalah perintah untuk berjilbab. Namun, kulihat engkau masih belum mengambil “kado istimewa” itu. Kudengar masih banyak alasan yang menginap di rongga-rongga pikiran dan hatimu setiap kali ada pertanyaan, “Kenapa jilbabmu masih belum kau pakai?” Padahal sudah banyak waktu kau luangkan untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW tentang perintah jilbab. Sudah sekian judul buku engkau baca untuk memantapkan hatimu agar segera berjilbab. Juga ribuan seruan cinta dari saudarimu yang menginginkan agar jilbabmu itu segera kau kenakan. Lalu kenapa, jilbabmu masih terlipat rapi di dalam lemari dan bukan terjulur untuk menutupi dirimu?
Tentu engkau sudah mengetahui bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling mencintai. Dan salah satu bukti cinta Islam kepada kita –kaum wanita– adalah perintah untuk berjilbab. Namun, kulihat engkau masih belum mengambil “kado istimewa” itu. Kudengar masih banyak alasan yang menginap di rongga-rongga pikiran dan hatimu setiap kali ada pertanyaan, “Kenapa jilbabmu masih belum kau pakai?” Padahal sudah banyak waktu kau luangkan untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW tentang perintah jilbab. Sudah sekian judul buku engkau baca untuk memantapkan hatimu agar segera berjilbab. Juga ribuan seruan cinta dari saudarimu yang menginginkan agar jilbabmu itu segera kau kenakan. Lalu kenapa, jilbabmu masih terlipat rapi di dalam lemari dan bukan terjulur untuk menutupi dirimu?
Jilbab adalah pakaian
yang berfungsi untuk menutupi perhiasan dan keindahan dirimu, agar dia tidak
dinikmati oleh sembarang orang. Ingatkah engkau ketika engkau membeli pakaian
di pertokoan, mula-mula engkau melihatnya, memegangnya, mencobanya, lalu ketika
kau jatuh cinta kepadanya, engkau akan meminta kepada pemilik toko untuk
memberikanmu pakaian serupa yang masih baru dalam segel. Kenapa demikian?
Karena engkau ingin mengenakan pakaian yang baru, bersih dan belum tersentuh
oleh tangan-tangan orang lain. Jika demikian sikapmu pada pakaian yang hendak
engkau beli, maka bagaimana sikapmu pada dirimu sendiri? Tentu engkau akan
lebih memantapkan ’segel’nya, agar dia tetap ber’nilai jual’ tinggi, bukankah
demikian? Saudariku, izinkan aku sedikit mengingatkanmu pada firman Rabb kita
‘Azza wa Jalla berikut ini,
“Katakanlah kepada
wanita-wanita beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan
memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka
kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.’”
(Qs. An-Nuur: 31)
Saudariku tercinta,
Allah tidak semata-mata menurunkan perintah jilbab kepada kita tanpa ada hikmah
dibalik semuanya. Allah telah mensyari’atkan jilbab atas kaum wanita, karena
Allah Yang Maha Mengetahui menginginkan supaya kaum wanita mendapatkan
kemuliaan dan kesucian di segala aspek kehidupan, baik dia adalah seorang anak,
seorang ibu, seorang saudari, seorang bibi, atau pun sebagai seorang individu
yang menjadi bagian dari masyarakat. Allah menjadikan jilbab sebagai perangkat
untuk melindungi kita dari berbagai “virus” ganas yang merajalela di luar sana.
Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, yang artinya,
“Wanita itu adalah
aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no.
1173), Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115),
dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma)
Saudariku, berjilbab
bukan hanya sebuah identitas bagimu untuk menunjukkan bahwa engkau adalah
seorang muslimah. Tetapi jilbab adalah suatu bentuk ketaatanmu kepada Allah Ta’ala, selain shalat, puasa, dan
ibadah lain yang telah engkau kerjakan. Jilbab juga merupakan konsekuensi nyata
dari seorang wanita yang menyatakan bahwa dia telah beriman kepada Allah Ta’ala
dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, jilbab juga
merupakan lambang kehormatan, kesucian, rasa malu, dan kecemburuan. Dan semua
itu Allah jadikan baik untukmu. Tidakkah hatimu terketuk dengan kasih sayang
Rabb kita yang tiada duanya ini?
Diselesaikan
goresan ini pada 17 Januari 2011. –adapted
from one nice mulimah blog
0 komentar:
Posting Komentar